Wednesday 13 February 2008

Bahasa menunjukkan Bangsa

Pada posting yang lalu saya sudah menyinggung sedikit mengenai karakteristik bangsa kita yang mudah menerima unsur budaya asing. Bukti-buktinya bisa kita lihat dari segala hal di sekitar kita baik yang terlihat, terasa, maupun yang tidak terlihat secara langsung. Bukti yang terlihat bisa kita saksikan dari benda-benda, bangunan-bangunan, maupun produk barang yang dihasilkan dan tampak hasilnya di sekitar kita. Lebih jelasnya lagi, lihat saja berbagai macam bangunan rumah, gedung perkantoran, pasar, stadion, pusat-pusat perbelanjaan, dan sebagainya yang semuanya merupakan percampuran dari berbagai unsur asing dan unsur asli budaya kita.
Demikian juga halnya dengan bahasa kita, yang merupakan rekaman dari perilaku kita sehari-hari yang menjadi kebiasaan yang terbentuk dalam waktu yang tidak sebentar. Inilah yang dimaksud dengan budaya itu, yaitu hasil dari perbuatan, kebiasaan, akal, usaha, yang khas dimiliki oleh kelompok masyarakat tertentu dan tidak dimiliki masyarakat yang lain.
Lalu benarkah bahasa kita mencerminkan budaya bangsa kita? Jelas, dong. Apa buktinya?
Banyak. Tapi sebelum saya sebutkan contohnya, saya akan sampaikan dulu bahwa bangsa-bangsa yang punya bahasa yang mirip atau berasal dari akar yang sama memiliki budaya yang mirip pula. Contohnya 
adalah bahasa Indonesia mirip dengan bahasa Malaysia dan kita lihat bahwa 
karakter bangsa kita mirip dengan mereka. 
Begitu juga dengan beberapa bangsa Eropa yang 
berasal dari rumpun bahasa yang sama memiliki 
kemiripan dalam perilaku maupun kebiasaan dan budaya.
Nah, yang mau saya sampaikan di sini sebenarnya adalah bahwa bahasa kita memang mencerminkan karakter kita, baik yang buruk maupun yang baik.
Saya ambil contoh yang ringan saja, misalnya istilah hak dan kewajiban. Apa yang aneh dengan istilah ini? Ini kan istilah yang biasa kita dengar sehari-hari? Baik, coba anda perhatikan kata mana dulu yang disebutkan? Anda benar! Hak dulu baru kewajiban. Justru di sinilah terlihat karakter bangsa kita: kita mendahulukan hak sebelum kewajiban! Padahal yang sebaiknya adalah kita harus mengedepankan kewajiban sebelum menuntut
hak atas kewajiban yang sudah kita laksanakan. Apakah anda sependapat dengan saya? Jadi seyogyanya istilah hak dan kewajiban diganti menjadi kewajiban dan hak.
Sebenarnya aneh juga, kenapa yang muncul (sering digunakan) adalah hak dan kewajiban? Apakah mengatakan hak dan kewajiban lebih mudah ketimbang kewajiban dan hak? Saya yakin hal ini bukan karena kemudahan pengucapan, melainkan karena secara tidak sadar (karena kebiasaan atau karakter bangsa kita) yang memang mendahulukan hak ketimbang kewajiban. Betulkah pendapat saya? Mungkin anda tidak sependapat.

Saya akan ambil contoh lain. Anda pernah dengar istilah take-and-give? Istilah ini sejajar dengan istilah fifty-fifty. Keduanya diambil dari bahasa Inggris. Tapi pernahkah anda coba cari istilah take-and-give di kamus-kamus? Saya jamin anda tidak akan pernah berhasil! Karena istilah itu memang tidak ada di kamus mana pun. Yang ada adalah give-and-take. Lha, apa bedanya? Ya jelas beda, dong! Take-and-give mendahulukan mengambil dari pada memberi, sedangkan give-and-take sebaliknya. Saya boleh mengambil kesimpulan bahwa orang Inggris selalu mendahulukan memberi ketimbang menerima, sedangkan kita mendahulukan mengambil daripada memberi. Inilah yang saya maksud bahwa bahasa menunjukkan bangsa!
Saya merasa heran, kenapa give-and-take bisa dipelesetkan menjadi take-and-give? Saya yakin, kalau orang Inggris atau mereka yang berbahasa Inggris mendengar istilah ini akan mengerutkan kening karena mereka tidak pernah mendengar istilah ini!
Jadi kalau anda bicara dengan mereka ini, berhati-hatilah untuk tidak mengatakan take-and-give tapi katakan give-and take. Jangan bikin malu bangsa kita, ya?

Kesimpulan saya, paling tidak ini kritik buat saya sendiri, kita memang mendahulukan hak ketimbang kewajiban dan lebih senang menerima daripada memberi!

Demikian dulu posting saya, semoga anda makin mengenal bangsa kita atau mengenal diri kita sendiri.

Salam,

Ika

1 comment:

sissyuk said...

nice posting. ijin copas ya, mbak. :)